Worst Birthday

Setelah ribuan menit terlewati, kini sampailah mereka pada bagian sakral yaitu acara potong kue.

Mengeluarkan senyum termanisnya, Lila mulai mengayunkan tangannya perlahan untuk memotong sebongkah kue berwarna coklat keemasan di hadapannya. Hingga beberapa saat kemudian, sepotong kue pertama berhasil dipotong dengan sempurna, yang kemudian ia letakkan pada piring kecil.

“MAU DIKASIH KE SIAPA TUH KUENYA!!”

“BUAT SIAPA NIH?”

Sahutan demi sahutan mulai terdengar. Menandakan bahwa orang-orang begitu penasaran siapakah yang akan menerima potongan kue itu.

Seperti yang semua orang tau, potongan kue pertama selalu jatuh pada orang yang dianggap spesial oleh Si pemberi, yang tak lain adalah seseorang yang sedang berulang tahun itu sendiri. Maka ketika Lila mengangkat kue itu, seluruh tamu yang hadir mulai heboh. Apalagi saat gadis itu perlahan melangkahkan kakinya, seluruh pasang mata spontan mengikuti ke mana arah gadis itu pergi.

Hingga tak berapa lama kemudian, suara sorakan terdengar kian ricuh, tepat saat langkah Lila berhenti pada sesosok lelaki tampan bertubuh tinggi tegap dengan setelan berwarna abu-abu.

Shefa spontan meremas gaun yang dikenakannya. Sementara Abim yang saat itu berada di sampingnya, berusaha menenangkan gadis itu agar tak bertindak di luar kendali.

Dengan kedua pipi yang sudah bersemu merah, Lila berusaha memandang lelaki di hadapannya meskipun ekspresi salah tingkah terlukis jelas di wajahnya. “Karena orang tua gue nggak bisa hadir, jadi kue ini gue persembahkan ke orang yang gue anggap spesial. Dan orang itu adalah...

...cowok yang sekarang ada di depan gue.” Suara sorakan kembali terdengar lebih heboh dari sebelumnya.

“Raja, gue suka sama lo.” ujar Lila jujur.

Dan detik selanjutnya, sebuah adegan tak terduga terjadi. Adegan yang membuat Shefa ingin berlari dan menghabisi Lila saat itu juga.

*Cup!

Dengan begitu lancang, Lila mengecup pipi Raja di hadapan para tamu yang hadir. Shefa benar-benar muak. Di tengah keramaian itu, ia memutuskan untuk pergi dari sana. Berlama-lama di tempat itu hanya akan membuat darahnya naik, juga beresiko membuat dirinya melakukan serangan kapan saja. Sementara Raja, laki-laki itu merasa dunianya seolah berhenti. Butuh waktu lama baginya untuk kembali ke kenyataan. Kue, kecupan, dan sorak sorai di sekitarnya terasa seperti mimpi.

“Raja, gue beneran suka sama lo. Gue pengen kita punya hubungan lebih dari temen.”

Raja hanya membisu. Berbanding terbalik dengan Lila yang kini memandangnya dengan sorot serius.

Namun ketika Lila berniat melingkarkan kedua lengannya pada leher Raja, lelaki itu tiba-tiba menepisnya cukup keras. Membuat gadis itu membelalakkan matanya tak menyangka.

“Sebelumnya makasih banyak karena udah jadiin gue orang spesial buat lo, tapi maaf, lo sama sekali nggak spesial buat gue. Dan satu lagi, gue udah punya cewek, jadi berhenti deketin gue karena apapun cara yang lo lakuin nggak akan pernah bikin gue tertarik sedikitpun.” Raja melempar tatapan tajam sebelum akhirnya pergi meninggalkan Lila yang kini berdiri dengan kedua matanya yang sudah basah.