Hari Bahagia

Seulas senyum terbit dari wajah Hainan tatkala perempuan yang sejak tadi ia nanti akhirnya muncul, mengenakan gaun berwarna putih sembari memegang bunga. Di atas kepalanya terpasang mahkota berwarna silver dengan hiasan yang berkilauan, di tambah kalung pemberian Hainan yang kini melingkar di lehernya, membuat sosok itu tampak begitu menawan.

Jantung Hainan berdegup gila saat sang wanita di seberang sana balas tersenyum, lantas mempercepat langkah untuk segera berada di hadapannya. Hainan seolah terbius, atensinya hanya terfokus pada objek indah yang berhasil membuat dirinya seakan lupa akan semua hal.

Hingga sosok yang dikaguminya itu berdiri tepat di hadapannya, Hainan masih terpana.

Aldea yang dipandang tanpa jeda hanya bisa tersenyum sambil tersipu. Rona merah mulai timbul di kedua pipi, membuat sang lelaki menatapnya gemas.

“Cantik.” celetuk Hainan. Tangannya kemudian terulur untuk meraih kedua tangan sang wanita, lantas diciumnya perlahan. Sesekali ia akan mengendus aroma wangi yang menguar dari tangan indah itu, aroma memabukkan yang begitu candu.

“Kamu cantik. Rasanya aku mau gila.” ujar Hainan saat maniknya beralih menatap Aldea.

“Kak Hainan diem! Wajah aku panas banget tau dari tadi.” Aldea melempar protes tak terduga pada Sang kekasih.

Ah, ingin rasanya Hainan mengacak-acak rambut Aldea karena gemas. Tapi hal itu tak mungkin ia lakukan karena tentu akan merusak riasan. Jadi ia hanya bisa tertawa.

Beberapa detik kemudian, Aldea dibuat terkejut bukan main saat salah satu tangan kekar Hainan tiba-tiba menarik pinggangnya, membuat jarak di antara keduanya kian menipis. Aldea bahkan dapat merasakan deru napas Hainan yang menerpa lembut pipinya.

Hainan lantas memejamkan mata, perlahan mengikis jarak hingga tak tersisa barang seinci pun. Mempertemukan bibirnya dengan bibir ranum milik Aldea. Menyecap dan melumatnya pelan. Menikmati rasa bibir itu dengan napas terburu.

Hainan semakin terlena, ia seolah tak bisa berhenti. Aldea benar-benar membuatnya gila. Wanita ini, selalu berhasil merenggut kewarasannya.

Menyadari Aldea mulai kehabisan napas, Hainan perlahan melepas tautan, membiarkan Aldea menghirup oksigen di sekitarnya.

Lelaki itu kemudian mendekatkan mulutnya ke telinga Aldea, lantas berbisik, “You driving me crazy, baby.” lirihnya, lalu membawa tubuh kecil Aldea ke dalam rengkuhannya.

“I love you.”

“I know.” ucap Aldea malu-malu. “And i love you more.” sambungnya.